Bandarlampung – Diduga, akibat perencanaan yang buruk, proyek pembangunan gorong-gorong di depan Masjid Alfurqon yang seharusnya dapat mencegah terjadinya banjir, justru membuat kawasan banjir baru.
Dugaan ini muncul saat warga setempat mengatakan daerah tempat tinggalnya sebelumnya tidak pernah mengalami banjir, namun setelah ada pembangunan gorong-gorong justru banjir datang.
“Seminggu yang lalu banjir, setelah talut didepan Masjid Al-Furqon itu dijebol, banjir juga masuk ke Rumah warga dan merusak warung-warung di sekitarnya,” tuturnya Jum’at (22/04/2022).
“Semenjak air dari arah masjid Al-Furqon itu dialihkan ke sungai ini jadi gak ketampung airnya. Dari tahun enam tujuh saya disini gak pernah banjir, baru kali ini saja,” imbuh Suwarno.
Ia juga mengatakan, pasca kebanjiran tersebut pemerintah telah memperbaiki aliran sungai itu, namun hanya ditutupi dengan semen dan pondasi saja tidak ada pelebaran atau pendalaman sungai.
“Sekarang ini masih diperbaiki, tapi hanya ditutup semen dan dipondasi saja, tidak ada pelebaran atau pendalaman sungai,” lanjutnya.
Dirinya takut banjir ini akan terulang kembali jika tidak ada perbaikan atau pelebaran pada sungainya. Banjir tersebut juga menyapu lapak dagangan Suwarno, sehingga menghambat dirinya berdagang.
Ia mengaku, daerah tersebut belum pernah mengalami banjir. Banjir terjadi setelah dilakukan penjebolan pada talut yang berada di depan Masjid Al-Furqon sekitar 3 bulan lalu, sehingga semua aliran air hujan mengalir ke arah sungai tersebut.
Senada, Yani mengatakan selain di daerah RT 013, banjir juga menerjang daerah Kupang, Gang nangka.
“Daerah kupang, Gang nangka juga banjir karena sungai ini kan panjang sampai kesana juga,” ujarnya.
Ia berharap agar pemerintah bisa memperbaiki sungai tersebut secara matang, sehingga bisa mengatasi banjir saat diguyur hujan.
Dari pantauan wartawan Haluan Group, Lebar Sungai tersebut kurang lebih 2 meter dengan kedalaman 1 meter dan terlihat dangkal karena dipenuhi sampah dan bebatuan. Terlihat juga bibir sungai mengalami longsor terkikis arus air.
Sebelumnya diketahui, pada tanggal 15 April 2022 terjadi banjir besar yang melanda Kota Bandarlampung sehingga mengakibatkan banyak kerugian baik morl maupun materil, bahkan dua warga Kota Bandarlampung harus dilarikan ke rumah sakit.
Kebijakan Ngawur
Banjir di Kota Bandarlampung bukanlah hal baru lagi, namun penanganan secara komprehensif dan jangka panjang belum juga menemui hasil, berdasarkan informasi yang didapat terkait banjir pada 15 April yang lalu, BPBD Kota Bandarlampung menurunkan 60 personil Anggota TRC membatu menanggulangi bencana dengan melakukan penyedotan daerah yang tergenang air dengan pompa air, Melakukan evakuasi pohon tumbang yang menggangu akses jalan, melakukan pembersihan lumpur dan sampah akibat banjir. Banjir sudah surut sekitar jam 11 malam,
Menanggapi hal tersebut Anggota DPRD Lampung, Fraksi PKS Daerah Pemilihan I, Kota Bandar Lampung, Ade Utami Ibnu, meminta Pemkot Bandar Lampung agar segera mengambil tindakan komprehensif sehingga banjir tidak terulang lagi setiap terjadi hujan deras.
“Dampak dari banjir ini bukan hanya menyebabkan kemacetan serta kerusakan infrastruktur dan kendaraan, tapi juga terganggunya aktifitas warga. Terlebih dalam jangka waktu lama berdampak pada ekosistem lingkungan di kawasan tersebut,” ungkap Ade Utami Ibnu. Sebagaimana dikutip di media Betiklampung.com
“Beberapa kejadian banjir di Bandar Lampung, bahkan menyebabkan warga kehilangan keluarga mereka,” imbuhnya. Di jalan protokol, banjir menyebabkan kemacetan yang cukup panjang. Seperti yang terjadi di jalan Kartini. Hal ini mengharuskan kendaraan untuk putar balik.
Terkait pernyataan Walikota yang mengatakan bahwa dia telah berhasil mengatasi banjir, hal ini perlu ditinjau ulang. Program – program penanganan banjir seperti normalisasi sungai atau grebek sungai dan pengerukan sampah serta sedimentasi, juga pembangunan talud dan drainase harus di kroscek kembali apakah telah berjalan dengan baik atau belum.
Ketua Fraksi PKS DPRD Provinsi Lampung juga berharap jika dalam penanganan banjir, Pemkot perlu melihat dan menelaah dari berbagai sisi secara komprehensif. Tidak hanya pembangunan yang bersifat fisik dalam penanganan banjir namun tentu pembangunan kesadaran bersama akan arti pentingnya lingkungan yang berkelanjutan juga patut dilakukan.
“Bahkan jika terdapat kebijakan yang ikut menyumbang terjadinya banjir, tak perlu ragu untuk meninjau ulang kebijakan tersebut. Hal tersebut sangat penting guna mewujudkan Bandar Lampung Sehat, Cerdas, Berbudaya, Nyaman, Unggul Berdaya Saing Berbasis Ekonomi untuk Kesejahteraan Masyarakat,” tutup Anggota Komisi IV yang membidangi infrastruktur (Albet)